Setiap anak memiliki kelebihan dan kelemahan. Begitu pula dalam hal menerima ilmu pengetahuan saat pembelajaran, ada anak yang bisa mudah menerima materi yang diajarkan, namun ada yang kesulitan karena memiliki suatu kelemahan tertentu. Kelemahan-kelemahan ini biasanya mudah dialami oleh anak-anak usia dini. Karena anak-anak usia dini masih memiliki kecenderungan bergantung kepada orang lain, sehingga setiap karakter yang terbentuk dalam diri mereka sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan metode pembelajaran di sekolah.
Berikut ini adalah beberapa kelemahan anak saat mengikuti pembelajaran di sekolah dan cara mengatasinya.
A. Kelemahan dalam Berkonsentrasi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini. Kelemahan ini bisa disebabkan oleh aktivitas yang terlalu monoton, dalam kehidupan anak sehari-hari. Misalnya, anak yang terlalu sering bermain game atau mainan handphone, dan kurang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik lainnya. Orang tua bisa mengatasinya dengan mengarahkan anak untuk sejenak menjauhi aktivitas yang bersifat monoton tersebut. Dan mengatur waktu bersama anak, untuk melakukan aktivitas yang lebih bervariasi, misalnya berolahraga, berkebun, dan aktivitas lainnya baik di dalam dan di luar ruangan.
B. Anak yang Aktif
Salah satu ciri anak usia dini adalah memiliki keaktifan bergerak dan ada pula yang diikuti dengan keaktifan berbicara di atas orang dewasa. Hal ini adalah sesuatu yang normal, walau pun kadang juga bisa membuatnya kurang bisa berkonsentrasi saat mengikuti pembelajaran di sekolah. Pembelajaran online yang bersifat "mendengarkan ceramah" bisa menjadi sesuatu yang sangat membosankan. Membutuhkan kesabaran dan perhatian ekstra untuk anak-anak jenis ini. Yang terpenting bagi orang tua adalah tidak boleh terlalu banyak melarang anak melakukan sesuatu, asalkan apa yang dia lakukan adalah sesuatu yang baik serta tidak berbahaya. Misalnya, membersihkan ruangan, menyapu halaman, mencuri piring, dan lainnya. Bila ia sudah melakukan banyak aktivitas yang membantunya mengurangi energinya, biasanya anak yang sangat aktif mampu berkonsentrasi dengan lebih baik serta bisa duduk dengan lebih tenang.
C. Kelemahan Motorik
Anak dengan kelemahan ini biasanya secara fisik sangat rapuh. Ia mudah lelah dan kurang nyaman melakukan sesuatu yang berat. Hal ini bisa menjadi masalah yang lebih besar, bila mengganggu ketrampilan menulis anak. Ia terlihat sangat lemah saat memegang pensil, sehingga tulisannya pun kadang cenderung kurang rapi. Orang tua bisa membantu mengatasi kelemahan motorik halus ini dengan mengajak anak melakukan aktivitas yang merobek kertas, bermain plastisin, senam jari, mewarnai gambar, dan lainnya. Sedangkan untuk mengatasi motorik kasar anak, orang tua bisa mengajari anak jalan pagi, bermain bola, bersepeda, dan aktivitas lainnya.
D. Faktor Psikis
Faktor ini biasanya lebih sulit terdeteksi, karena bisa berubah setiap saat. Anak yang kesehariannya terlihat ceria dan bersemangat biasanya lebih mudah terdeteksi. Hal ini dikarenakan oleh perubahan kebiasaan yang begitu signifikan. Berbeda dengan anak yang cenderung pendiam dan pemalu, ia akan lebih "pintar" dalam menyembunyikan perasaannya. Namun, bila orang tua memiliki perhatian baik kepada sang anak, gejala ini lebih mudah terdeteksi. Komunikasi antara orang tua dan guru akan sangat membantu menemukan penyebab dari masalah ini, sehingga lekas ditemukan jalan keluarnya. Setiap hari, orang tua perlu meluangkan waktu berinteraksi dan bercakap-cakap, agar anak mau menceritakan aktivitas sehari-hari mereka, baik di lingkungan sekolah, mau pun saat bersama teman-teman bermain di sekitar rumah.
E. Kelemahan Kognitif
Anak-anak dengan kelemahan ini mengalami kesulitan dalam mengingat atau pun memahami hal-hal yang ia pelajari. Orang tua tidak boleh menuntut terlalu tinggi dalam hal prestasi belajar anak. Hal ini bisa membuat anak menjadi tertekan dan sulit untuk berkembang. Cara terbaik adalah dengan mendeteksi kelebihan-kelebihan apa saja yang dimiliki oleh sang anak. Bagaimana pun, Tuhan pasti mengaruniakan karunia yang istimewa kepada setiap anak. Banyak anak memiliki kelemahan dalam memahami ilmu pengetahuan, namun ternyata ia piawai bermain piano, menari, atau berolah raga. Arahkan anak untuk bisa fokus dan merasa bangga karena keahliannya dalam satu bidang tertentu. Hal ini bisa memupuk kepercayaan diri anak, sehingga ketrampilan dan kecerdasan lainnya pun akan lebih cepat berkembang, karena ia merasa diterima, ada yang dibanggakan, dan diberikan perhatian atau kasih sayang dari orang tua, saudara-saudara, serta teman-teman.
Aneka permainan juga bisa membantu mengembangkan kognitif anak, misalnya Marbel Logika dan Ingatan dan Marbel Belajar Tanaman.