Semangat anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Orang tua disarankan untuk tidak serta merta menyalahkan anak, saat semangat belajarnya menjadi kendor.
Apalagi pandemi telah "memaksa" anak untuk tidak bisa melakukan pembelajaran secara tatap muka. Hal ini tentu sangat mempengaruhi keadaan hatinya. Secara umum, pandemi memang menjadi salah satu akar permasalahannya. Namun tentu saja ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor apa saja? Bagaimana cara mengatasinya?
1. Gaya Belajar di Sekolah Kurang Sesuai
Anak-anak memiliki gaya belajar yang unik. Ada anak yang duduk diam, sambil memperhatikan saat guru menjelaskan pun bisa paham seluruh pelajaran. Namun ada juga yang bergerak kian kemari sehingga susah berkonsentrasi. Bila anak ada masalah pada ketidaksesuaian cara belajar di sekolah, orang tua perlu memberikan stimulasi dengan cara mengulang materi pembelajaran di rumah. Jangan lupa komunikasikan hal ini pada guru, agar bisa memberikan pelajaran yang lebih bervariasi.
2. Suasana Tempat Belajar Kurang Nyaman
Tempat belajar anak bisa berada di rumah atau pun di sekolah. Anak akan merasa nyaman belajar di rumah bila ia memiliki ruang belajar yang tenang, rumah yang jauh dari keramaian, dan keharmonisan rumah tangga yang terjaga. Anak akan merasa nyaman belajar di sekolah bila ia memiliki teman serta guru yang menyenangkan, suasana kelas yang kondusif, dan sekolah yang ia banggakan. Coba evaluasi hal ini dalam diri anak saat ia mulai kehilangan semangat belajar.
3. Fasilitas Belajar yang Kurang Memadai
Anak era digital sangat erat kaitannya dengan kedekatan anak dengan dunia teknologi. Sediakan fasilitas belajar dengan teknologi masa kini agar ia bisa menggunakannya sebagai media belajar, mengembangkan diri, dan berekspresi. Orang tua yang memahami perkembangan teknologi sangat penting dalam hal ini, sehingga bisa membimbing anak untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana dan tau cara melindungi diri.
4. Persoalan Ketidakstabilan Emosi
Anak-anak yang terbuka pada orang tuanya biasanya jarang mengalami hal ini, karena ia lebih mudah beradaptasi. Karena persoalan kecil saja, orang tua siap melakukan antisipasi dan cepat mengatasi. Anak-anak yang introvert dan tertutup adalah pribadi yang perlu menjadi atensi. Perbanyaklah kebersamaan yang membuka kesempatan untuk berkomunikasi. Anak yang dulunya ceria menjadi pendiam, dulunya percaya diri menjadi mudah cemas, adalah hal-hal yang perlu dicermati. Jalin komunikasi juga dengan guru di sekolah tempat belajar sang buah hati.
5. Pentingnya Pujian dan Penghargaan
Hargailah setiap pencapaian anak dengan kata-kata pujian. Tidak ada salahnya pula sesekali memberikan penghargaan. Saat ia bisa membereskan mainan sendiri, memakai baju secara mandiri, adalah hal-hal yang perlu diapresiasi. Apresiasi bisa menjadi motivasi bagi anak untuk lebih semangat mengembangkan diri.
Bagaimana dengan buah hati Anda? Apakah pernah mengalami penurunan semangat belajar di kehidupannya? Bagaimana Anda mengatasinya?