Top

Kemampuan Berpikir Komputasional: Apa itu? Apa Manfaatnya? Mengapa Perlu Diterapkan di PAUD & SD?

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

05 Apr 2025

  |  

Edukasi

Guru PAUD dan SD sahabat Educa, apa itu kemampuan berpikir komputasional? Apa manfaatnya? Mengapa perlu diterapkan di  jenjang PAUD dan SD?

"Computational thinking is a fundamental skill for everyone, not just for computer scientists. To reading, writing, and arithmetic, we should add computational thinking to every child's analytical ability." (Jeannette M. Wing, Computational Thinking, 2006)

Kemampuan berpikir komputasional mencakup keterampilan dalam menganalisis, memecahkan masalah, dan berpikir logis. Kemampuan ini sangat bermanfaat tidak hanya di bidang IT. Namun, kemampuan ini juga bermanfaat dalam aneka bidang, termasuk aneka kegiatan yang biasa dilakukan oleh siswa usia PAUD dan SD (Sekolah Dasar).

Baca juga: Strategi MENGASAH KECERDASAN DIGITAL pada Anak Usia 5-6 Tahun

Kemampuan komputasional terbagi menjadi 4 aspek utama, yaitu:

1. Decomposition (Dekonstruksi) – Memecah masalah menjadi bagian-bagian kecil.
2. Pattern Recognition (Pengenalan pola) – Mengenali pola atau kesamaan dalam masalah.
3. Abstraction (Abstraksi) – Menyaring informasi penting dan mengabaikan detail yang kurang relevan.
4. Algorithmic thinking (Berpikir algoritmik) – Membuat langkah-langkah atau aturan sistematis untuk menyelesaikan masalah.

Lembar Kerja Anak GRATIS: BELAJAR HEWAN dengan LEMBAR KERJA ANAK 

Contoh sederhana penggunaan 4 aspek di atas adalah saat siswa diajak membuat kue.

  • Dekomposisi: Diaplikasikan saat siswa membagi tugas, siapa yang bertugas menyiapkan alat-bahan, siapa yang membuat adonan, siapa yang mencetak menjadi bentuk menarik, siapa yang memanggang.
  • Pattern recognition: Diaplikasikan saat siswa mengenali pola pengulangan dalam proses memasak, misalnya saat menuang bahan basah dan kering.
  • Abstraction: DIaplikasikan saat siswa memahami langkah-langkah utama atau yang terpenting tanpa perlu menghafal semua langkah secara mendetail.
  • Algorithmic thinking: Diaplikasikan dengan mengikuti cara atau langkah pembuatan kue dari awal (proses persiapan) sampai selesai (siap dihidangkan).

Baca juga: KEGIATAN ANAK yang Sederhana & Termudah DENGAN HANDPHONE | Kembangkan Literasi Digital Bersama Si Kecil Usia 5-6 Tahun

Mengapa Perlu Dikembangkan di PAUD dan SD Zaman Sekarang?

Marina Umaschi Bers mengatakan: "Teaching computational thinking in early childhood can help children develop problem-solving skills that are applicable across disciplines."

Mengajarkan kemampuan berpikir komputasional kepada siswa sejak dini, akan membantunya dalam mengembangkan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, tidak hanya dalam bidang teknologi. Namun, kemampuan ini bisa membantu siswa dalam berpikir sistematis, mengenali pola, dan menemukan solusi efektif yang akan berguna dalam aneka bidang ilmu pengetahun. Selain itu, beberapa manfaat lainnya adalah:

  • Semakin mampu beradaptasi:Teknologi semakin maju. Siswa dengan kemampuan berpikir komputasional yang baik, akan semakin mudah menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
  • Memupuk kemandirian dalam menyelesaikan masalah: Siswa semakin mampu berpikir logis, kreatif, dan efektif. Keterampilan problem solving saat menghadapi persoalan hidup sehari-hari semakin baik dan mandiri.
  • Meningkatkan kemampuan Matematika dan Sains: Banyak soal dan pemecahan masalah dalam Matematika dan Sains dapat diselesaikan secara komputasional.
  • Mengembangkan collaborative skill: Siswa semakin hebat dalam bekerja sama dalam tim, terutama dalam menyelesaikan persoalan dan membagi tugas secara dalam kelompok.

Baca juga: PANDUAN Penting dan TIPS KEMBANGKAN SOFT SKILL GURU PAUD di Era Digital 2024

Stephen Wolfram menjelaskan: "Computational thinking is going to be needed everywhere. And doing it well is going to be a key to success in almost all future careers."

Hubungan kemampuan komputasional dengan pembelajaran deep learning

Seperti kita tahu, pembelajaran deep learning sangat menekankan pada pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan praktik dan pengalaman nyata melalui kebiasaan sehari-hari. Kemampuan berpikir komputasional juga bermanfaat saat siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis pengalaman bukanlah pembelajaran yang kaku dan penuh aturan. Guru hanya memberikan instruksi, kemudian membiarkan siswa belajar bersama melalui pengalaman nyata dan membiarkan siswa belajar dari kesalahan yang dilakukan.

Siswa juga diajak untuk tidak hanya memahami konsep. Namun, dengan kemampuan berpikir komputasional siswa akan diajak untuk menyelesaikan persoalan dengan cara yang lebih sistematis. Misalnya dengan cara berdiskusi, berbagi tugas, dan menganalisa suatu soal atau masalah. Di akhir pembelajaran, siswa bisa diajak untuk melakukan refleksi, melakukan evaluasi, dan menemukan makna atau manfaat dari pembelajaran atau aktivitas yang baru saja dikerjakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapannya

Bagi siswa PAUD dan SD (khususnya kelas 1-3), guru bisa menerapkannya dengan cara:

  • Bermian: Ajak siswa melakukan permainan sederhana, misalnya bermain puzzle, balok susun, dan teka-teki.
  • Berdiskusi dan aktivitas kelompok: Ajak siswa berdiskusi secara interaktif saat menjelaskan teori sederhana. Arahkan setiap jawaban dari pertanyaan siswa menuju tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setelah itu, ajak siswa melakukan diskusi dan mengerjakan tugas serta kegiatan praktik secara berkelompok.
  • Integrasi dengan teknologi: Ajak siswa mengerjakan tugasnya dengan memanfaatkan teknologi, misalnya dengan mencari sumber informasi dengan Google Search.
  • Gunakan pendekatan hands-on: Dalam pembelajaran siswa diajak untuk melakukan suatu aktivitas, misalnya menggambar, mewarnai, dan lainnya. Akan lebih baik lagi bisa ada benda fisik yang bisa digunakan sebagai media belajar, misalnya saat belajar mengamati serta menganalisa suatu benda.

"Programming allows you to think about thinking, and while debugging you learn learning." - Nicholas Negroponte

Ketika seseorang melakukan pemrograman, ia akan melatih cara berpikir secara mendalam, berpikir logis, dan menemukan solusi secara efektif. Sedangkan ketika melakukan proses debugging (memperbaiki kesalahan dalam proses coding), ia akan belajar bagaimana memahami kesalahan, mencari solusi, serta memperbaiki kesalahan.

Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan reflektif atau berpikir secara lebih mendalam, siswa akan semakin mampu menemukan banyak ide agar tidak membuat kesalahan yang sama dan menemukan pemikiran baru untuk lebih memaknai suatu materi pembelajaran. Pembelajaran tidak tentang benar dan salah saat mengerjakan soal, tapi juga tentang membuka wawasan baru untuk berkreasi dan memahami manfaatnya dalam hidup sehari-hari.

KABI (Kisah Nabi): Animasi Keren Media Belajar Karakter Islami 

 


Sumber referensi:

  1. M. Wing, Jeannette. (2006). Computational Thinking [1]
  2. Bers, Marina Umaschi. (2018). Coding as a playground: programming and computational thinking in the early childhood classroom [2]
  3. Wolfram, Stephen, (2016). How to teach computational thinking [3]
  4. Negroponte, Nicholas. Leaders and trendsetters all agree on one thing [4]
  5. Freepik.com. (2023). Close up mother kid  [5]

Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.