Perilaku bullying bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Perilaku bullying bisa terlihat sangat jelas, tetapi tidak jarang juga terjadi secara tersembunyi.
Sherri Gordon, pakar anti bullying, mengatakan bahwa tidak semua pelaku bullying itu sama. Setiap pelaku bullying memiliki gaya yang unik dan menggunakan strategi yang berbeda untuk bisa mengintimidasi dan mengendalikan targetnya.
Sebagai guru, Anda harus cermat dalam mengamati perilaku siswa di sekolah. Sebab, siswa pun kadang tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan adalah suatu tindakan bullying. Beberapa pelaku bullying merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu candaan yang biasa dilakukan kepada teman yang sudah dianggap dekat, atau karena alasan lain yang tidak disadari karena terjadi secara spontan.
Berikut ini adalah beberapa jenis bullying yang perlu dipahami oleh para pendidik. Semoga bermanfaat untuk mengatasi kasus bullying yang mungkin saja terjadi di sekolah Anda.
1. Verbal Bullying (Perundungan dengan Kata-Kata)
Pernahkah Anda merasa sakit hati saat diolok-olok oleh seorang teman di hadapan teman-teman lainnya? Padahal maksud dari teman Anda itu hanyalah suatu candaan. Bila Anda menjawab “pernah”, secara tidak sadar Anda sudah menjadi korban bullying, walaupun dampak dari perlakukan tersebut mungkin tidak terlalu serius.
Verbal bullying adalah jenis perundungan berupa kalimat kasar atau berupa candaan yang melawati batas. Korban bullying akan mengalami trauma atau sakit hati. Efek buruk lainnya adalah timbulnya perasaan takut pada diri korban untuk berbicara dan mengemukakan pendapat. Ia menjadi terlihat rendah diri dan menarik diri dari pergaulan.
Beberapa perilaku verbal bullying adalah:
- Perkataan kasar dan tidak sopan.
- Menjadikan teman sebagai bahan lelucon dan di luar batas kewajaran.
- Meledek teman yang memiliki suatu kelemahan fisik atau karakter.
- Menertawakan seseorang secara berlebihan.
Untuk mencegah terjadinya verbal bullying, guru bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Selalu mengingatkan siswa untuk menghindari kata-kata kasar dan tidak sopan.
- Memberikan nasihat kepada siswa untuk berkata-kata dengan intonasi yang baik saat berbicara dengan teman.
- Mengurangi bercanda yang tidak pada tempatnya, apalagi yang bersifat mengolok-olok teman secara berlebihan.
- Menanamkan pentingnya rasa kekeluargaan dan kesabaran dalam menyelesaikan suatu persoalan.
- Mengajarkan pentingnya berteman dengan siapa saja dan tidak memilih-milih teman.
- Mengembangkan rasa percaya diri dan menguatkan mental siswa dengan aktivitas di sekolah.
- Menjadi teladan yang baik saat menasihati dan mengajar siswa dengan berkata-kata yang baik serta sopan.
2. Physical Bullying (Perundungan Fisik)
Anak yang mengalami physical bullying lebih mudah diidentifikasi dan biasanya akan lebih cepat mendapatkan penanganan. Pelaku physical bullying biasanya juga akan lebih mudah diketahui.
Beberapa ciri pelaku physical bullying adalah:
- Memiliki emosi yang kurang stabil.
- Kurang berempati kepada teman.
- Memiliki sifat dominan, kurang patuh, dan ingin terlihat paling kuat dan hebat.
Dampak buruk yang dirasakan korban physical bullying adalah:
- Menunjukkan ketakutan berlebih.
- Kurang bersemangat atau takut pergi ke sekolah.
- Membuang muka dan menunjukkan rasa takut kepada pelaku bullying.
- Kadang menangis sendiri (karena teringat pengalaman saat mendapat perundungan fisik).
- Mendapatkan luka di tubuh
Guru perlu cermat dalam mengamati situasi kelas, terutama kepada siswa yang cenderung bisa menjadi pelaku physical bullying. Guru juga perlu mempertimbangkan untuk membuat aturan agar siswa tidak melakukan kontak fisik yang berlebihan misalnya mendorong atau memukul siswa lain.
3. Social Bullying (Pengucilan)
Pengucilan atau intimidasi sosial adalah jenis tindakan bullying yang tidak mudah untuk dideteksi. Namun, bila guru cukup peka dengan situasi kelas dan memahami kepribadian siswa-siswanya, tentu saja akan lebih mudah dalam mengatasinya.
Anak yang mengalami pengucilan biasanya akan lebih sering terlihat sendiri. Ada beberapa penyebab seorang anak mengalami social bullying, misalnya:
- Pelaku merasa iri dengan kelebihan yang dimiliki korban.
- Korban memang mengalami kesulitan atau kelemahan dalam bergaul dan bersosialisasi.
- Korban pernah atau suka melakukan suatu perilaku (kebiasaan) yang dipandang “aneh”.
Untuk mencegah terjadinya social bullying beberapa hal yang bisa dilakukan guru adalah:
- Guru perlu melakukan pengamatan apakah di kelas ada kemungkinan terjadi social bullying atau tidak.
- Bila ada siswa yang terlihat suka menyendiri dan sulit bergaul, guru perlu mendampinginya dan menjadi mediator agar ia bisa bergabung dengan teman-teman lainnya.
- Mengadakan kegiatan yang bersifat berkelompok tanpa memilih-milih teman.
- Selalu mendampingi siswa yang sedang berkonflik dan membantu mencari penyelesaian.
- Melakukan kegiatan circle time (aktivitas briefing sebelum dan setelah pelajaran) dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyampaikan “uneg-uneg” atau berbagi cerita untuk memupuk kerukunan serta keakraban.
Untuk mencegah terjadinya tindakan bullying dalam bentuk apa pun, guru perlu menanamkan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan agar perkembangan yang terjadi pada diri anak tidak hanya dari segi kognitif saja, melainkan juga perkembangan akhlak dan budi pekerti.
Anak-anak pasti bisa memahami dengan lebih mudah dan dengan senang hati apabila guru mengajarkan dengan metode fun learning. Metode belajar ini dapat memanfaatkan media permainan atau dengan media dongeng. Untuk media permainan, guru bisa mengajarkan beragam kebiasaan baik dengan aplikasi Marbel Kebiasaan Baik. Sedangkan untuk dongeng, guru bisa memanfaatkan aplikasi Riri, Cerita Anak Interaktif untuk mengenalkan berbagai karakter dan sifat manusia melalui cerita yang seru dan interaktif.
Sumber Referensi:
1. Gordon, S. (2021). Types of bullying parents should know about [1]
2. Lesley University (2021). 6 ways educators can prevent bullying in schools [2]