Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Agar kita bisa bersosialisasi dengan baik, rasa empati sangatlah dibutuhkan.
Seorang antropolog, Gwen Dewar, Ph.D, mengatakan bahwa rasa empati bukanlah sesuatu kelebihan atau kelemahan seseorang. Empati juga bukanlah suatu sifat yang berkembang secara otomatis tanpa adanya pengaruh dari lingkungan. Pengalaman pribadi, latar belakang budaya, dan pola asuh di lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan perilaku atau sikap empati seorang anak.
Di era digital seperti sekarang, anak-anak sudah tidak terpisahkan lagi dari penggunaan gadget. Saat menggunakan gadget, anak cenderung sibuk dengan dirinya sendiri, apalagi bila orang tua kurang mendampinginya.
Keluarga, sebagai lingkungan atau komunitas terkecil di dalam masyarakat, memiliki peran yang besar dalam perkembangan karakter dan sifat empati seorang anak. Ketergantungan anak pada perangkat gadget akan sangat menghambat perkembangan sifat empati anak, termasuk sifat-sifat baik lainnya.
Bila dibiarkan, hal ini dapat menurunkan keterampilan bersosialisasi dan berinteraksi dengan sesama. Padahal, keterampilan bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain sangat mendukung kesuksesan anak di masa depan.
Bagaimana mengasah karakter anak agar memiliki jiwa empati di era digital? Simak tipsnya berikut ini!
1. Mengajarkan Kepedulian kepada Sesama
Kepedulian kepada sesama bisa ditumbuhkan dengan cara mengajak anak berkunjung ke panti asuhan, berbagi makanan kepada sesama yang kurang mampu, menyumbang pada korban bencana alam, ataupun kegiatan sosial lainnya. Secara psikologis, anak akan belajar menjadi pribadi yang berbelas kasih dan tidak hanya mementingkan kepentingan sendiri.
2. Membimbing Anak Cara Bersikap Sopan
Sejak dini, ajarkan anak menyapa atau memberi salam terlebih dahulu, terutama kepada orang yang lebih tua. Orang tua juga perlu memberi contoh dengan cara menasihati anak saat berbuat salah dengan cara yang baik, sehingga anak akan memahami cara berbicara yang bisa memberikan rasa nyaman kepada sesama.
3. Meluangkan Waktu untuk Berbagi Cerita
Orang tua juga perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan cerita anak. Agar anak bisa bersikap terbuka untuk berbagi cerita, orang tua bisa membuka pembicaraan dengan pertanyaan, "Bagaimana perasaanmu saat ini?" atau "Apa yang kamu rasakan saat berada di sekolah?". Setelah itu orang tua bisa memberikan tanggapan, bisa berupa nasihat atau masukan. Hal ini bisa mengembangkan keterampilan anak dalam mendengarkan orang lain dan berempati kepada sesama, terutama kepada orang terdekat.
4. Membiasakan Anak untuk Bergaul dan Bersosialisasi
Berikan motivasi kepada anak agar mau bermain bersama teman sebaya, paling tidak dengan anak-anak tetangga. Anak juga perlu diajak ketika mengunjungi saudara, atau saat menerima undangan acara keluarga. Pembiasaan ini bisa menumbuhkan keterampilan berbicara dan berperilaku yang baik saat berinteraksi dengan sesama.
5. Mengajarkan Sikap Empati dengan Media Menarik
Mengajarkan sikap empati juga bisa dilakukan dengan menggunakan media yang menarik. Di era digital, ada banyak sekali platform yang menyuguhkan dongeng animasi, lagu edukasi, atau film anak yang bisa membantu menumbuhkan sikap empati anak.
Salah satu cara menumbuhkan sikap empati anak melalui penggunaan gadget adalah dengan merekomendasikan gim-gim edukasi. Saat memainkan gim edukasi, anak tidak hanya mendapatkan hiburan namun juga pengetahuan serta pengembangan karakternya.
Gim-gim edukasi yang diproduksi Educa Studio bisa menjadi pilihan. Selain bisa diunduh secara gratis, gim-gim dari Educa Studio juga menarik dan menyenangkan. Beberapa contoh gim yang bertemakan pengembangan kebiasaan baik untuk anak misalnya, “Marbel Kebiasaan Baik” dan “Marbel Anak Muslim (Islami)”. Saat memainkan gim-gim ini, anak-anak akan belajar mengembangkan kebiasaan baiknya, termasuk rasa empati kepada sesama.
Meski anak bermain gim edukasi, orang tua tetap harus melakukan pendampingan dan mewaspadai ketergantungan anak pada gadget. Ajarkan anak untuk mengatur jadwal penggunaan gadget-nya. Selain itu, orang tua juga perlu menekankan bahwa penggunaan gadget hanya untuk aktivitas yang bermanfaat.
Sumber Referensi:
1. Dewar, G. (2020). Teaching empathy: Evidence-based tips for fostering empathic awareness in children [1]
2. Cullins, A. (2019). Key strategies to teach children empathy [2]