Top

Cara Membentuk Karakter Disiplin pada Anak

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

22 Ags 2022

  |  

Parenting

Kedisiplinan siswa sangat berperan penting dalam peningkatan prestasi akademik. Stratfordjournals.org melalui sebuah penelitian di sebuah sekolah di Rwanda mengungkapkan bahwa ada hubungan erat antara kedisiplinan dan prestasi akademik siswa. Dalam penelitian ini terungkap bahwa tingkat kehadiran siswa ke sekolah dan tingkat kepatuhan siswa pada aturan yang berlaku, sangat mempengaruhi prestasi siswa secara akademik. Hal ini tentu juga perlu menjadi perhatian orang tua. Agar bisa tumbuh menjadi anak yang disiplin, perlu ada pembiasaan-pembiasaan perilaku disiplin mulai dari rumah.

Bagaimana menumbuhkan karakter disiplin anak di rumah?

1. Pembiasaan yang Terstruktur

Orang tua perlu membantu anak dalam membuat jadwal harian. Hal ini perlu dilakukan agar anak terbiasa dengan rutinitas tersebut. Anak menjadi paham tentang apa yang perlu dilakukan di waktu yang telah ditentukan. Anak juga semakin mengerti tentang aktivitas apa yang menjadi prioritas untuk dilakukan dan aktivitas apa yang bisa ditunda.

Contoh rutinitas pagi yang baik adalah sarapan, menyikat gigi, dan mengenakan pakaian. Sedangkan contoh rutinitas sepulang sekolah adalah tentang bagaimana anak-anak membagi waktu mereka antara mengerjakan tugas sekolah, tidur siang, bermain dan melakukan kegiatan yang menyenangkan lainnya.

Bila anak bisa melakukan rutinitas kegiatan harian dengan baik, ia juga akan tidur lebih tenang dan nyenyak. Orang tua perlu membuat jadwal rutinitas yang sederhana, agar suatu saat anak bisa menerapkan rutinitasnya dengan semakin sedikit pendampingan, hingga ia bisa melakukannya secara mandiri.

2. Memberikan Penjelasan tentang Aturan yang Dibuat

Keberadaan aturan juga sangat penting. Aturan bisa membuat anak terbiasa melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Jangan lupa memberikan penjelasan tentang alasan mengapa aturan itu perlu ada dan wajib dipatuhi. Misalnya saat orang tua membuat aturan bahwa anak harus sudah tidur sebelum jam 10.00 malam.

Orang tua perlu memberikan penjelasan kalau tidur di atas jam 10.00 bisa mengakibatkan keterlambatan bangun tidur di pagi hari. Tentu saja hal ini bisa mengakibatkan anak menjadi terlambat datang ke sekolah.

3. Menjelaskan Konsekuensi dari Suatu Perbuatan secara Logis

Memaksa anak untuk melakukan sesuatu, tidak akan mengajarkan kedisiplinan diri. Orang tua bisa memberikan penjelasan tentang konsekuensi logis yang akan terjadi bila seorang anak tidak melakukan suatu hal yang semestinya. Misalnya saat anak bermain gadget terlalu lama, orang tua perlu menjelaskan konsekuensi dari bermain gadget terlalu lama, yaitu bisa mengakibatkan kelelahan mata, sakit kepala, dan rusaknya mata.

Saat anak mulai mengeluh bahwa kepalanya pusing, orang tua bisa menjelaskan kepada sang anak bahwa itu adalah salah satu akibat dari bermain gadget terlalu lama. Ia pasti akan lebih mampu mengingatnya dan mengubah perilakunya untuk bermain gadget sesuai dengan aturan yang telah disepakati.

4. Membentuk Perilaku dalam Satu Langkah

Agar anak semakin mudah dalam menerapkan disiplin, pendampingan dan bantuan orang tua sangatlah diperlukan. Sebagai contoh saat membantu anak dalam melakukan rutinitas di pagi hari. Orang tua bisa membantu dengan menampilkan (atau menempelkannya di dinding kamar) gambar atau foto anak saat menyisir rambut, menggosok gigi, dan mengenakan pakaiannya. Tempelkan gambar tersebut di kamar anak, mulai saat usia 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan seterusnya.

Anak bisa melihat sendiri perkembangannya dalam melakukan aktivitas tersebut, mulai dari saat masih dibantu orang tua, hingga ia bisa melakukannya secara mandiri dan dengan ketrampilan yang semakin baik.

5. Mengajarkan Keterampilan Pemecahan Masalah

Keterampilan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan disiplin diri juga perlu diajarkan kepada anak. Kadang orang tua perlu bertanya kepada anak tentang apa yang perlu mereka lakukan saat mengalami suatu permasalahan. Hal ini bisa membantu anak untuk berpikir dan dapat mengarah pada solusi yang kreatif.

Salah satu contoh adalah saat anak membiarkan mainannya berserakan setalah ia usai memainkannya. Tanyakan kepada anak, "Apa kemungkinan yang bisa terjadi, bila mainan ini dibiarkan berserakan dalam jangka waktu lama?"

Bila anak belum memahami, orang tua bisa memberikan pertanyaan lainnya, misalnya, "Apa yang akan terjadi bila suatu saat Mama sedang terburu-buru, lalu secara tidak sengaja menginjak salah satu mainanmu?"

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membantu anak dalam mengingat kesalahan yang telah dilakukan, sehingga ia semakin memahami alasan mengapa harus melakukan disiplin diri. Tentu saja supaya tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.

Pembentukan karakter disiplin memerlukan proses dan waktu yang tidak singkat. Pendampingan orang tua sangat dibutuhkan agar karakter ini benar-benar bisa tumbuh dalam pribadi anak. Saat memberikan pendampingan, orang tua perlu menjadi "role-model" bagi sang buah hati. Sebab, teladan orang tua bisa meningkatkan semangat anak dalam mengembangkan karakter disiplin dan karakter baik lainnya.

Orang tua juga perlu memberikan pujian dan penghargaan kepada anak saat ia menunjukkan perkembangan ke arah lebih baik. Pujian dengan tulus dan penghargaan berupa pelukan atau usapan lembut di kepala anak adalah perbuatan sederhana namun bisa menjadi motivasi anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.


Sumber Referensi

  1. Morin, A. (2021). 8 ways to teach kids self-discipline skills [1]
  2. Innocent, S., Andala.H.O (2021). Relationship between students’ discipline and academic performance in secondary schools in rwanda [2]

Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.