Anak-anak ber-IQ tinggi atau yang biasa disebut sebagai anak jenius sudah memiliki ciri-ciri tertentu sejak usia dini. Sebagai guru, tentu Anda perlu mengenal setiap anak-anak didik dengan baik, baik dari segi kecerdasan, ketrampilan, mau pun karakter. Hal ini sangat penting, agar guru tau cara memperlakukan anak jenius dan bisa memberikan "treatment" yang tepat. Apakah ciri-ciri anak yang jenius?
1. Perkembangan Ketrampilan yang Lebih Cepat
Perkembangan ketrampilan yang cepat ini meliputi motorik, sensorik, dan bahasa. Ia biasanya suka bergerak dan bisa mengerjakan sesuatu dengan baik, karena memiliki motorik dan sensorik yang mumpuni. Hal yang paling terlihat jelas adalah ketrampilan dalam berbahasa anak. Anak jenius mampu mengembangkan kata-kata secara lebih luas, dan menjabarkan sesuatu dengan kata-kata yang baik dan kompleks. Pendidik PAUD perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan bakatnya dalam berbicara, misalnya dengan memberi kesempatan kepada anak untuk bercerita atau menjelaskan sesuatu di depan kelas.
2. Banyak Mengajukan Pertanyaan
Anak jenius biasanya memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap sesuatu yang belum ia tau. Maka ia akan banyak bertanya untuk memenuhi kebutuhannya dalam memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuannya. Seorang guru harus bersabar dan bersedia memberikan jawaban yang baik saat anak jenius bertanya. Yang penting jangan serta merta meminta anak untuk tidak banyak bertanya, namun penjelasan tentang kapan waktu yang tepat untuk bertanya atau menjelaskan sesuatu adalah yang terpenting. Guru bisa memberikan "reminder" di awal pelajaran, bahwa sesi bertanya jawab ada waktunya sendiri.
3. Pengenalan Pola dan Bentuk dengan Lebih Baik
Salah satu fakta yang paling sering terlihat adalah saat anak menggambar. Anak jenius biasanya sudah bisa menggambar dalam versi tiga dimensi. Ia bisa mengenal bangun ruang dengan baik, saat anak-anak lain hanya mengenal bangun datar atau bentuk 2 dimensi.
4. Memiliki Minat yang Spesifik di Bidang Tertentu
Anak jenius biasanya sudah sangat mengenal bakatnya. Maka ia akan sangat menikmati apa yang dia suka dan sesuai dengan kemampuannya.
Bahkan ia bisa membuat suatu karya yang baik dan lebih baik dari teman seusianya, sesuai dengan bakatnya. Guru perlu mengarahkan anak jenius agar mendapatkan kesempatan mengikuti kursus atau lomba yang sesuai dengan minatnya. Komunikasi antara guru dan orang tua akan sangat penting, karena orang tua memiliki waktu yang lebih banyak bersama anak. Sehingga anak bisa diarahkan mengikuti kursus atau lomba tertentu, sesuai anak bersekolah.
5. Berteman dengan Orang yang Lebih Dewasa
Anak-anak jenius terkadang kurang bisa "konek" saat berkomunikasi dengan anak-anak sebayanya. Maka ia akan sangat nyaman bila ngobrol dengan orang yang lebih dewasa yang bersedia mendengar cerita, keluh kesah, atau bahan obrolan lainnya. Bila ia ada di usia dini, sebaiknya guru tetap perlu mengajak anak jenius membaur dengan anak-anak lainnya. Bagaimana pun setiap anak memiliki bakat, pemikiran, latar belakang keluarga, dan perbedaan lainnya. Bila anak jenius bisa bersosialisasi dengan baik, maka ia akan semakin belajar mengenal tentang pentingnya menerima perbedaan di tengah masyarakat. Orang tua dan guru perlu ikut andil dalam hal ini.
6. Bisa Memecahkan Masalah dengan Baik.
Saat teman-teman lainnya perlu bantuan guru dalam menyelesaikan masalah yang "kecil", anak-anak jenius biasanya bisa menyelesaikan masalahnya secara lebih mandiri. Namun, tidak semua anak-anak jenius memiliki kestabilan emosi, sehingga saat ada persoalan kadang ada anak jenius yang malah menjadi terlihat sangat kolot dan merasa benar sendiri. Anak-anak jenius yang memiliki pengelolaan emosi yang baik, bisa menjadi seorang asisten guru. Tugas seorang asisten guru adalah menjadi penengah saat ada siswa lain yang sedang berselisih. Guru juga bisa memberikan kesempatan padanya untuk menjadi ketua kelas, agar ia terbiasa dalam memimpin dan membantu teman yang sedang dalam persoalan, terutama yang masih mampu ia bantu sesuai kemampuannya.
7. Suka dan Fokus Saat Membaca Buku
Karena memiliki fokus yang baik, anak-anak jenius biasanya suka membaca buku. Kalau sudah membaca buku, anak jenius tidak bisa diganggu.
Hal ini juga membuktikan bahwa anak jenius adalah pembelajar otodidak yang baik. Anak-anak jenius bisa merupakan karunia dari Tuhan sejak lahir, namun bisa juga karena semangat belajar anak yang tinggi sejak dini. Agar anak-anak bersemangat dalam belajar sejak dini, orang tua dan guru bisa memberikan permainan edukasi untuk anak usia dini. Aplikasi game "Belajar TK dan PAUD Bersama Marbel" bisa menjadi pilihan. Silakan mendownload dengan klik di SINI.