Top
Selasa, 31 Januari 2023 | Edukasi

Akhir-akhir ini kembali santer terdengar berita tentang kasus penculikan anak. Dilansir dari ed.gov dikatakan bahwa, “Anak-anak dari segala usia, jenis kelamin, dan ras rentan terhadap penculikan anak.” Target utama para penculik bukan lagi meminta uang tebusan. Mereka memiliki tujuan mendapatkan organ tubuh anak, agar bisa dijual di situs-situs atau akun media sosial yang ilegal. Sedangkan, melalui situs Bravehearts.org.au, dikatakan bahwa, “Mengajari anak-anak strategi sederhana tentang menjaga keselamatan diri dapat membantu mereka dalam membangun kepercayaan diri, ketahanan diri, dan mengembangkan kemampuan mereka dalam menjaga diri di berbagai situasi.” Walaupun beberapa berita tentang penculikan belum tentu terbukti kebenarannya atau belum tentu merupakan berita yang aktual (ada kemungkinan berita lama, tapi diviralkan kembali). Namun, tentu saja berita-berita yang viral bisa mempengaruhi pikiran seseorang untuk berbuat kriminal. Bagaimana cara mengedukasi si kecil agar terhindar dari kasus penculikan anak dan mampu menjaga dirinya sendiri? 1. Mempererat Komunikasi Orang Tua dan Anak Dilansir dari raisingchildren.net.au, seorang pakar anak mengatakan bahwa, “Ketika Anda berupaya mengembangkan komunikasi yang baik dengan anak Anda, ia juga akan belajar dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan Anda dan orang lain. Hal ini juga akan mempererat bonding Anda dan sang buah hati, karena ia akan merasa lebih dihargai ketika Anda mau memperhatikan pemikiran dan perasaannya.” Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak, agar ia bisa terbuka dalam menceritakan siapa saja yang ia kenal, apa yang ia lakukan dalam sehari, atau persoalan apa yang sedang ia alami. Pastikan bahwa anak berada di dalam pergaulan yang tepat dan melakukan aktivitas harian dengan aman. Agar si kecil semakin memahami pentingnya sikap menghormati dan menyayangi orang tua, ajak anak menonton dongeng di bawah ini, yuk! Cerita rakyat yang sudah tidak asing lagi ini, telah dibuat dalam versi video animasi oleh Bapak Andi Taru dan tim Educa Studio. Pasti akan sangat disukai si kecil! 2. Mengajarkan Sikap Waspada kepada Orang yang Tidak Dikenal Beberapa penculik mempengaruhi korbannya dengan cara 'menyogok' atau memberikan iming-iming sesuatu yang menarik. Ajarkan kepada anak untuk tidak menerima apa pun dari siapa pun yang tidak ia kenal. Ajarkan padanya untuk bisa bersikap cuek dan berkata "tidak" bila ada orang asing yang mencoba mempengaruhi atau mengajak berkomunikasi secara tidak wajar. Bila sudah ada unsur pemaksaan, ajarkan kepada anak untuk bisa membela diri, berteriak meminta tolong, atau langsung berlari menjauh. 3. Memberikan Pelajaran Dasar tentang Teknik Membela Diri Ada beberapa teknik beladiri yang bisa Anda pelajari, lalu Anda ajarkan kepada si kecil. Beberapa di antaranya adalah: Menginjak kaki pelaku. Menggigit tangan pelaku. Menendang pelaku. Semua teknik di atas bisa Anda pelajari dengan menonton videonya di Youtube. 4. Tidak Menyebarkan Informasi yang Terlalu Terbuka di Media Sosial Hal ini sangat penting untuk diwaspadai. Dilansir dari Kidshealth.org, seorang pakar anak berpendapat, “Anak-anak juga harus tahu tentang cara menjaga privasi dan keamanan. Tanpa sengaja, mereka dapat berbagi lebih banyak secara online daripada yang seharusnya. Banyak anak memposting foto diri mereka secara online atau menggunakan nama asli mereka di profil mereka. Mereka juga dapat mengungkapkan tanggal lahir dan minat mereka, atau memposting nama sekolah dan kota tempat tinggal mereka.” Sebagai orang tua, tentu saja anda perlu menjadi teladan yang baik untuk tidak menyebarkan informasi tentang anak atau keluarga secara terbuka di media sosial. Beberapa kasus penculikan terjadi karena pelaku penculikan sangat memahami informasi dan aktivitas di dalam keluarga korban. 5. Hindari Mengenakan Barang Mewah, Mahal, dan Terlalu Mencolok Para pelaku penculikan biasanya akan memprioritaskan korbannya berasal dari keluarga yang berstatus sosial menengah ke atas. Maka, hindarilah penggunaan aksesoris atau pakaian yang terlalu mencolok atau mahal harganya pada tubuh si kecil. Selain menghindari dalam mengenakan barang mewah, apalagi saat anak berada di sekolah, ada satu lagi kebiasaan baik yang perlu dilakukan anak. Masih ada aneka kebiasaan baik lainnya yang perlu diaplikasikan si kecil dalam hidup sehari-hari. Ajak si kecil belajar aneka kebiasaan baik dengan bermain aplikasi gim di bawah ini.   6. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Pihak Sekolah atau Guru Ayah dan Bunda perlu tahu hal ini. Dikutip dari Missingkids.org, dikatakan bahwa percobaan penculikan lebih sering terjadi ketika seorang anak pergi ke atau dari sekolah atau kegiatan lain yang berhubungan dengan sekolah. Untuk mengatasi hal ini tentu saja Ayah dan Bunda perlu menjalin komunikasi yang baik dengan pihak sekolah atau dengan guru kelasnya. Beberapa sekolah sudah memiliki prosedur yang baik saat memulangkan atau melepaskan anak ketika proses penjemputan. 7. Edukasi Anak agar Tidak Memisahkan Diri saat Di Tempat Umum dan yang Ramai Saat berada di tempat umum, Ayah dan Bunda juga perlu untuk selalu mengingatkan si kecil agar tidak memisahkan diri dari kerabat dekat atau orang tua. Ayah dan bunda juga perlu mengedukasi anak tentang cara meminta bantuan saat terpisah dari kerabat dekat dan berada dalam keramaian. Salah satunya adalah dengan meminta bantuan pada sekuriti atau karyawan toko yang berseragam. Ayah dan Bunda, yuk edukasi anak sedini mungkin, agar ia bisa terhindar dari kasus penculikan anak dan aneka kejadian kurang menyenangkan yang mungkin bisa menimpanya. Mengajarkan cara menjaga keselamatan dan keamanan diri kepada anak, juga akan mengembangkan kemandiriannya. Semoga Ayah, Bunda, dan sekeluarga selalu dikaruniai keselamatan, kapan pun dan di mana pun. Yuk ajari si kecil cara menjaga keamanan saat berkendara dan dalam perjalanan dengan permainan "Marbel Aman Berkendara". Unduh gratis gim ini dengan klik gambar di bawah ini. Baca juga: Tips Mengajar si Kecil Paham Cara Melindungi Diri dari Rumah 5 Tips untuk Memperkuat Kesehatan Mental Anak Anak Era Digital Perlu Memiliki 6 Karakter Ini Mau dapat Angpao? Yuk ikuti promo "TEBAR ANGPAO" dengan klik gambar di bawah ini. Sumber Referensi: 1. Missingkids.org. (2022). Nonfamily abductions and attempt [1] 2. Raisingchildren.net.au. (2020). Communicating well with children [2] 3. Kidshealth.org. (2020). Teaching kids to be smart about social media [3] 4. Bravehearts.org.au. (2021). Protecting our kids teaching children about personal safety [4] 5. Ed.gov. (2022). Personal safety for children [5]  

Selasa, 11 Januari 2022 | Parenting

Sejarah Singkat Peringatan "Hari Dharma Samudra" Hari Dharma Samudra diperingati untuk mengenang pertempuran yang terjadi di Laut Arafuru yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran ini terjadi karena Angkatan Laut Indonesia hendak mempertahankan kedaulatan Papua dari serangan penjajah melalui jalur lautan atau samudra, yang membuat Komodor Yos Sudarso gugur sebagai kusuma bangsa. Hingga saat ini, TNI Angkatan Laut secara rutin melakukan penyisiran di laut, agar wilayah Indonesia tetap aman sentosa. Keadaan Lautan di Indonesia Lautan merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang lebih besar daripada daratan. Lautan bisa menghasilkan garam, batu mutiara, dan aneka ikan. Keindahan alam, khususnya pantai dan terumbu karang serta kehidupan aneka flora-fauna bisa musnah bila kita tidak tidak bisa menjaga kebersihan lautan. Bahaya Sampah Plastik Plastik adalah salah satu sampah yang paling berbahaya bagi kelestarian samudra di masa kini. Karena plastik membutuhkan waktu 20-450 tahun agar bisa terurai. Apalagi penggunaan plastik di Indonesia termasuk tinggi. Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga kelestarian samudra? Mari ajarkan hal-hal sederhana ini kepada generasi bangsa! 1. Mengurangi Penggunaan Plastik Saat mengajak anak jajan atau belanja, bawalah tas atau kantong belanja. Hal ini bermanfaat agar sampah plastik tidak menumpuk di rumah Anda. Bila belanjaan sangat banyak, Anda bisa meminta kardus sebagai pembungkusnya.2. Memisahkan Sampah Organik dan Anorganik Sebelum meminta anak memisahkan sampah, edukasi tentang pengertian dan contoh sampah organik dan anorganik perlu diajarkan kepada anak-anak. Setelah itu, sediakan minimal 2 tempat sampah untuk sampah yang berbeda, yaitu sampah organik (untuk kertas, kulit buah, rautan pensil, dan lainnya) dan sampah anorganik (untuk plastik, botol kaca, dan lainnya). 3. Membuang Sampah pada Tempatnya Tidak hanya di rumah, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu diterapkan di mana saja. Ingatkan kepada anak, bahwa membuag sampah sembarangan, apalagi di sungai, bisa memicu bencana banjir, pencemaran air, dan merusak samudra. 4. Manfaatkan Limbah Plastik secara Kreatif Limbah plastik yang masih bersih atau yang sudah dibersihkan bisa dimanfaatkan untuk membuat produk atau kreasi lainnya, misalnya: a. pot bunga berbahan botol plastik. b. ember berbahan kaleng plastik cat rumah. c. kantong sampah berbahan tas plastik d. dan lain-lain. Selain menjaga keamanan dan kedaulatan samudra Indonesia, salah satu kegiatan Bapak-Bapak TNI AL adalah membersihkan sampah di lautan nusantara. Mengajarkan anak Indonesia sikap peduli akan kebersihan lingkungan, pasti akan membantu tugas para pahlawan samudra Indonesia. Semoga lautan Indonesia tetap bersih dan aman sentosa. Selamat Hari Dharma Samudra!

Senin, 10 Januari 2022 | Parenting

Saat anak berada di sekolah, guru akan selalu memperhatikan setiap anak didiknya, agar patuh pada protokol kesehatan. Namun sepulang sekolah, biasanya segala protokol kesehatan seakan-akan terlupakan. Ini dia kebiasan-kebiasaan yang perlu menjadi perhatian, serta tak boleh diabaikan. 1. Melakukan Kontak Fisik dengan Penjemput Bersalaman, bergandengan, atau berpelukan adalah kebiasaan yang sering dilakukan, bila yang menjemput adalah orang tua. Menyentuh bagian wajah sebaiknya tidak dilakukan juga. Kontak fisik secara tidak langsung juga perlu dihindari, misalnya dengan membawakan tas anak dan benda lainnya. Bila memang harus membantu membawakan barang sang anak, jangan lupa menyemprot tangan dengan handsanitizer segera. 2. Mampir-mampir Sebelum pandemi, biasanya banyak orang tua mengajak anak berbelanja, makan siang, atau pergi ke tempat lain yang diminati. Selama pandemi sebaiknya kebiasaan ini dihindari. Bila hendak pergi ke suatu tempat, sebaiknya pulang dulu dan selepas anak bersih-bersih diri. 3. Lupa Cuci Tangan, Cuci Kaki, dan Mandi Saat perjalanan pulang dari sekolah menuju ke rumah, sebaiknya anak diingatkan untuk melakukan protokol kesehatan setelah sampai di rumah kediaman. Bila belum sempat mandi, cuci tangan dan kaki adalah hal yang tak boleh dilupakan. Hindari bersalaman atau berpelukan saat berpapasan dengan orang-orang kesayangan, sebelum anak membersihkan anggota badan. 4. Tidak Menggosok Gigi Profesor Martin Addy, mengatakan pasta gigi mengandung zat yang hampir sama dengan hand sanitizer dan dapat bertidak sebagai "perisai" selama tiga jam setelah digunakan. Sebaiknya, sebelum berangkat ke sekolah atau pun sepulang sekolah, mintalah anak menggosok giginya. Hal ini penting, agar mulut dan droplet tidak menjadi sarana penyebaran virus yang berbahaya. 5. Lupa Waktu Istirahat Kegiatan belajar mengajar di sekolah kadang cukup melelahkan. Sepulang sekolah, sebaiknya orang tua meminta anak untuk tidur untuk menjaga kebugaran dan kesehatan badan. Aneka virus mudah menyerang anak saat ia dalam kondisi kelelahan. 6. Abai dalam Melakukan Sterilisasi Barang Bawaan Ada banyak barang yang dibawa anak saat pergi belajar di sekolah. Jangan lupa untuk melakukan sterilisasi barang bawaan anak. Semprotlah tas, alat tulis, botol minum dan benda lainnya dengan larutan disinfektan. Cucilah baju seragam dan masker kain setelah selesai dikenakan. Buanglah masker "sekali pakai" ke tempat sampah, jangan ditaruh sembarangan.

Minggu, 09 Januari 2022 | Parenting

Meski pandemi belum berlalu, beberapa kota sudah memberikan kelonggaran aturan kunjungan ke mall. Anak berusia di bawah 12 tahun sudah diizinkan memasuki mall di berbagai wilayah. Walau beberapa anak di bawah usia 12 tahun sudah menerima vaksin, namun tidak berarti bisa sebebas seperti sebelum masa pandemi. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan, khususnya bagi orang tua, agar buah hatinya tetap sehat dan aman saat mengunjungi mall. 1. Pendampingan Orang Tua atau Orang Dewasa Namanya juga anak-anak, pasti masih suka berjalan kian kemari, sentuh itu dan ini. Arti jaga jarak, kadang juga belum dipahami. Masker yang seharusnya menutup mulut dan hidung, bisa turun atau lepas tanpa disadari. Inilah peran orang tua atau orang dewasa yang bertugas mendampingi, harus selalu mengingatkan dan menasihati. 2. Vaksinasi bagi Pendamping Anak Agar anak-anak lebih aman, akan lebih baik jika pendamping anak sudah mengikuti vaksinasi. Jangan sampai abai, jangan sampai justru pendamping anak malah menjadi orang yang terinfeksi.Beberapa mall juga sudah menggunakan aplikasi PeduliLindungi, yang bisa mendeteksi seseorang apakah ia sudah ikut vaksinasi. 3. Taat Protokol Kesehatan Sebelum berangkat ke mall, akan lebih baik bila mengingatkan anak tentang protokol kesehatan. Karena kalau sudah di mall, biasanya anak lebih susah mendengarkan. Ingatkan pentingnya patuh 5M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjauhi Kerumunan, Menjaga Jarak, dan Mengurangi Mobilitas atau Gerakan). 4. Masker Ganda Lebih baik mencegah daripada mengobati. Mengenakan masker ganda, sangat menjadi rekomendasi. Selain agar lebih virus masuk ke tubuh sang buah hati, masker ganda juga mencegah masker yang melorot tanpa disadari. 5. Efisiensi Waktu saat di Mall Sebelum pergi ke mall, akan lebih baik bila sudah membuat perencanaan tentang tempat yang akan dikunjungi dan apa saja yang akan dibeli nantinya. Penggunaan masker ganda yang terlalu lama juga tidak baik untuk anak-anak, karena bisa berpotensi meimbulkan sesak napas atau sakit kepala. Lama waktu kunjungan anak ke mall kurang lebih adalah 1 jam saja. 6. Sepulang dari Mall, Harus Melakukan Apa? Sepulang dari Mall mintalah anak untuk mandi, keramas, dan gosok gigi. Hindari kontak fisik dengan anggota keluarga di rumah, sebelum membersihkan diri. Istirahat yang cukup, makan makanan bergizi serta minuman bernutrisi sangat disarankan, agar tubuh bugar, sehat, dan memiliki daya tahan yang mumpuni.

Kamis, 06 Januari 2022 | Parenting

Kemunculan aneka macam aplikasi dan platform yang menampilakn video atau gambar sangat mempengaruhi dunia hiburan di tanah air kita. Masyarakat yang dulu harus menyesuaikan waktu untuk bisa menikmati suatu program acara yang disuka, kini bisa bebas mencari konten sesuai dengan selera.  Hanya mengetik "kata kunci" pada kolom "search engine", maka akan muncul konten-konten yang diminati dengan segera. Bahkan media sosial tertentu seakan-akan bisa membaca pikiran, dengan munculnya video atau gambar yang kita suka, di kolom beranda media sosial kita. Padahal apa yang orang dewasa suka, belum tentu sama dengan apa yang layak dikonsumsi anak usia belia. Bagaimana cara melindungi anak agar jiwa mereka bisa tumbuhsesuai dengan perkembangan usianya? 1. Pisahkan Perangkat Komunikasi Anak dan Orang Tua Hal ini sangat bermanfaat agar anak secara tidak sengaja, mengonsumsi konten-konten yang kurang sesuai dengan perkembangannya. Sediakan handphone atau laptop yang secara khusus digunakan oleh anak, untuk mereka belajar, bermain game, dan mengakses film yang disuka serta sesuai usia. 2. Proteksi Anak dengan Layanan Akses Terbatas Banyak situs dan platform menyediakan layanan ramah anak, "Youtube for Kids" adalah contohnya. Gunakanlah layanan ini pada handphone atau laptop yang biasa dipakai anak Anda. Bila tidak ada layanan "ramah anak" dalam suatu platform terutama media sosial, gunakanlah pilihan "sembunyikan", "berhenti mengikuti", atau "laporkan" bila muncul konten-konten yang tidak layak dikonsumsi anak usia dini. Secara otomatis, konten-konten serupa tidak akan muncul di beranda media sosial pada perangkat yang biasa digunakan anak di kemudian hari. 3. Mengenalkan Bagian Tubuh yang Privasi dan Cara Melindungi Bagian tubuh yang privasi adalah bagian tubuh yang ditutupi oleh pakaian, termasuk bagian wajah. Bagian tubuh tersebut tidak boleh disentuh oleh orang lain apalagi orang asing yang pura-pura ramah. Ajarkan pada anak untuk berkata "tidak", sikap menghindar, atau berteriak minta tolong,saat ada seseorang yang memaksakan kehendak, atau saat anak merasa dirinya terancam dan lengah. 4. Ajarkan Cara Mencegah "Bullying" atau Intimidasi Di zaman moderen, bullying bisa terjadi di dunia nyata mau pun di dunia maya. Korban "bullying" biasanya adalah anak yang terlihat rendah diri atau memiliki suatu kelemahan dalam dirinya. Bekali anak dengan rasa percaya diri yang tinggi dengan mengajari anak bersosialisasi, mengikuti kompetisi, atau bergabung dalam komunitas yang baik serta terpercaya. Bila ia merasa di-"bully" dan kurang memiliki keberanian, ajarkan anak sikap terbuka dan meminta perlindungan dari orang yang dipercaya, misalnya guru, saudara atau orang tua. Bagaimana pun tali kasih anak dan orang tua adalah yang utama. Salah satu cara menjaga tali kasih anak dan orang tua adalah dengan komunikasi yang dipupuk dengan kebersamaan dan perhatian-perhatian sederhana, dan diungkapkan dalam perilaku dan kata-kata. Orang Tua harus peka bila dalam diri atau perilaku anak terjadi perubahan.Agar ada keterbukaan, komunikasi inilah yang menjadi jembatan.