Top
Kamis, 11 Mei 2023 | Parenting

Dilansir dari stopbullying.gov, dijelaskan bahwa pengertian dari cyberbullying adalah bullying yang terjadi melalui perangkat digital seperti ponsel, komputer, dan tablet. Lalu, Apa penyebabnya? Apa akibatnya bagi korban bullying? Bagaimana cara mencegah agar anak tidak menjadi pelaku cyberbullying? Video Animasi Anak Berjudul “Perundungan”: Karya Bapak Andi Taru dan Tim Educa Studio yang Sudah Ditonton 300.000-an Netizen. Sangat Inspiratif!   A. Penyebab Cyberbullying Apa penyebab cyberbullying? Mengapa cyberbullying sering terjadi dan dilakukan oleh anak-anak usia muda? Inilah beberapa penyebabnya! Tidak Mendapatkan Bimbingan yang Tepat Pendampingan dari orang tua dalam hal penggunaan perangkat komunikasi sangat dibutuhkan oleh anak dan remaja. Orang tua sebaiknya mengkomunikasikan kepada anak tentang aturan atau “do and don’t” saat ia menggunakan perangkat komunikasi. Terpengaruh oleh Konten / Komentar Negatif Banyak konten yang menampilkan atau menggunakan kata-kata negatif untuk menarik minat netizen. Komentar-komentar dengan kata-kata kasar atau tidak sopan pun sering ditemukan di media sosial. Gim Edukasi "Marbel Kebiasaan Baik": Membantu Mengembangkan Karakter Positif Anak Agar Tumbuh jadi Pribadi yang Bijaksana di Dunia Nyata dan Dunia Maya   Hanya Ingin Iseng atau Bercanda Pelaku cyberbullying kadang kurang memahami dampak negatif dari komentar yang ia tulis. Ia melakukannya atas dasar untuk kesenangan belaka, tanpa berpikir bahwa komentar yang ia tulis bisa merusak mental seseorang. Kurang Bersosialisasi Keterampilan bersosialisasi bisa terbangun dari kebiasaan hidup sehari-hari dan lingkungan pergaulan yang baik. Orang yang gemar bersosialisasi di lingkungan yang baik, akan cenderung memahami cara menggunakan kata-kata yang sopan dan menghindari kata-kata yang bisa menjadi “toxic” bagi orang lain. Baca juga: Cara TERBARU Menstimulasi Kecerdasan Sosial Anak Rasa Rendah Diri Rasa rendah diri atau minder juga bisa menjadi pemicu seseorang menjadi pelaku cyberbullying. Ia ingin menunjukkan bahwa ia memiliki “power”, hanya saja ia menunjukkannya dengan cara yang salah, yaitu dengan cara merendahkan orang lain. Baca juga: Agar Anak Tidak Jadi Korban Bullying, Kembangkan 9 Social Skills Ini Ingin Menjadi Terkenal Sesuatu yang lucu, kasar, tidak sopan, dan hal-hal negatif lainnya bisa menjadi sesuatu yang menarik di dunia maya. Itulah mengapa tidak sedikit dari para pembuat konten, mengandalkan kata-kata kasar atau kurang sopan agar kontennya bisa viral dan menarik banyak viewers. Koleksi Buku Cetak Edukasi  dari Educa Studio: Bermanfaat untuk Mengasah Kreativitas dan Kecerdasan Anak Sejak Dini. B. Akibat dari Cyberbullying Orang yang pernah atau bahkan terlalu sering mengalami cyberbullying bisa mengalami kecemasan atau depresi. Dampak lebih buruknya adalah ia juga bisa mengalami rasa khawatir yang berlebihan dan perasaan tidak diterima oleh masyarakat. Ia juga bisa mengalami rasa tidak percaya pada diri sendiri dan mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain. KABI (Kisah Nabi): Membantu Anak Mengembangkan Karakternya melalui Teladan Para Nabi. Kini KABI juga hadir di platform Vidio.com   C. Cara Mencegah Anak Menjadi Pelaku Cyberbullying Ayah dan Bunda tentu tidak ingin bila Sang Buah Hati menjadi pelaku cyberbullying bukan? Apalagi, bila perilaku negatif ini mengakibatkan ia tersangkut dalam suatu kasus pidana. Bagaimana cara mencegah agar Sang Buah Hati tidak menjadi pelaku cyberbullying? Memberi Pemahaman Arti Cyberbullying Ayah dan Bunda bisa menggunakan media menarik untuk mengajarkan tentang segala hal tentang cyberbullying, misalnya dengan menonton video di kanal Youtube, buku cerita, dan lainnya. Pastikan juga bahwa ia memahami dampak negatifnya, terutama bagi para korban, sehingga ia tersentuh hatinya agar tidak melakukan cyberbullying dan hal-hal negatif lainnya. MACACI (Gemar Membaca Sedari Kecil) Mulai dari Rp 40Ribuan   Mengajarkan Empati dan “Thinking before Typing” Berikan pengertian kepada Sang Buah Hati akan pentingnya berempati. Ia perlu belajar memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, serta apa pun yang ia lakukan serta katakan bisa mempengaruhi perasaan orang lain (lawan bicara). Perilaku berpikir sebelum bertindak atau berkata-kata perlu menjadi kebiasaan dalam kehidupan sosial dan keseharian, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Baca juga: Cara Mengasah Jiwa Empati Anak di Era Digital Mengajarkan Cara Berkata-Kata yang Sopan Ajarkan kepada anak tentang cara berkata-kata yang sopan dan berbicara dengan tata bahasa yang baik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Membiasakan Anak Menggunakan Gadget untuk Hal yang Positif Gadget dan perangkat komunikasi lainnya bisa digunakan sebagai media belajar atau media produksi konten-konten yang positif serta edukatif. Pembiasaan menggunakan gadget dan perangkat komunikasi sebagai media edukasi dan produksi perlu diajarkan sejak dini. Baca juga: 5 Manfaat Gadget bagi Perkembangan Keterampilan Anak Semoga artikel ini bermanfaat agar Ayah dan Bunda agar bisa memberikan treatment yang tepat kepada Sang Buah Hati yang sudah akrab dengan dunia teknologi masa kini. Di masa depan, semoga Sang Buah Hati tetap tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dalam menggunakan perangkat digital. Selamat mencoba! Yuk, Bantu Sang Buah Hati Mengoptimalkan Potensinya dalam Berkreasi dengan Memanfaatkan Teknologi Masa Kini bersama Kelas Kreatif Gamelab.id   Sumber Referensi: 1. Stopbullying.gov. (2021). Cyberbullying what is it {1] 2. Freepik.com. (2022). Eye close up little girl are watching video tablet [2]

Kamis, 28 April 2022 | Parenting

Internet memberikan aneka kemudahan di segala bidang. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa sudah terbiasa menggunakan internet sebagai sarana berkomunikasi, mendapatkan informasi, mengembangkan diri, belajar, dan lainnya. Orang yang sudah dianggap dewasa tentu sudah tau cara menjaga diri. Namun, anak-anak usia dini yang masih perlu belajar mem-filter diri  dari dampak negatif ber-internet, sangat membutuh bantuan dari orang tua. Ada banyak konten yang kurang pantas dikonsumsi anak-anak di dunia maya. Bagaimana mendidik anak agar menjadi bijaksana dalam menggunakan internet? 1. Perbanyak Konten Edukasi Ada aneka macam konten edukasi yang bisa dikonsumsi oleh anak di dunia maya. Peran orang tua adalah merekomendasikan konten-konten edukasi kepada sang buah hati, agar mereka cenderung lebih banyak meluangkan waktu berinternet dengan mengonsumsi konten edukasi. 2. Sarana Mengembangkan Diri Ajaklah anak membuat konten yang bermanfaat. Misalnya membuat foto atau video yang menampilkan gambar atau karya anak. Hal ini bisa memotivasi anak agar mengoptimalkan sarana komunikasi sebagai media pengembangan diri dan berekspresi. 3. Sopan Berinternet Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun anak perlu sopan santu  saat menggunakan internet. Saat mengikuti kelas online sebagai contohnya. Anak perlu dibiasakan menggunakan kata-kata yang sopan, memberi salam, menyapa teman, dan menghindari kata-kata yang kurang sopan. Hindari pula kata-kata yang mengarah pada penindasan, atau yang biasa  disebut dengan "cyber-bullying".  4. Sikap Empati Saat Berkomunikasi di Dunia Maya Saat berkomunikasi dengan perangkat teknologi, anak tidak bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara. Namun bukan berarti anak bisaberbicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan yang diajak bicara. Anak-anak yang mulai kecanduan game atau film, kadang sulit membedakan bahwa saat berkomunikasi di dunia nyata adalah orang  yang bisa kecewa, sedih, dan mengalami perasaan tidak enak bila  lawan bicaranya menggunakan kata-kata yang negatif dan berkata kurang sopan. Bagaimana Agar Tidak Menjadi Korban Cyber-Bullying? Anak-anak yang menjadi korban "cyber-bullying" biasanya terjadi karena kurangnya perhatian orang tua, terutama dalam menggunakan media sosial atau platform yang memungkinkan orang lain untuk berinteraksi, misalnya dengan cara berkomentar. Walau pun komentar hanya berbentuk tulisan dan tidak diketahui identitas pemberi komentar, namun komentar-komentar yang cenderung negatif mampu melemahkan mental anak. Jadi dampingilah anak setiap posting sesuatu di media sosial dan platform digital lainnya. Bila perlu matikan kolom komentar setiap memposting sesuatu sehingga anak hanya tau jumlah "love" dan "like" saja, tanpa harus mendapatkan komentar negatif yang kadang bisa membuat anak merasa kurang nyaman.